Minggu, 16 Desember 2012

Tantangan dari keragaman agama

Tantangan
dari Keragaman Agama
Sebagai seorang pendidik, Anda dihadapkan pada tantangan yang jarang dihadapi oleh para pendidik pada abad-abad yang lalu—keragaman agama.

SEPANJANG Abad Pertengahan, warga negara dari negeri yang sama biasanya mempraktekkan agama yang sama. Baru pada akhir abad ke-19, Eropa terbiasa hanya dengan beberapa agama utama: Katolik dan Protestan di barat, Ortodoksi dan Islam di timur, dan Yudaisme. Tidak diragukan, keragaman agama jauh lebih umum dewasa ini di Eropa dan di seluruh dunia. Agama-agama yang kurang kita kenal telah berdiri, baik karena dianut oleh beberapa orang di antara penduduk aslinya sendiri atau diperkenalkan oleh para imigran dan pengungsi.

Maka dewasa ini, di negeri-negeri seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jerman, dan Prancis, kita menemukan banyak penganut agama Islam, Buddha, dan Hindu. Pada waktu yang sama, Saksi-Saksi Yehuwa, sebagai orang Kristen, melayani dengan aktif di lebih dari 230 negeri; mereka telah menjadi agama kedua terbesar di Italia dan di Spanyol. Di masing-masing dari 13 negeri, anggota mereka yang aktif berjumlah lebih dari 100.000 orang.—Lihat kotak, halaman 15.

Keragaman dari praktek-praktek agama setempat bisa menimbulkan tantangan kepada para pendidik. Sebagai contoh, beberapa pertanyaan penting mungkin diajukan mengenai perayaan-perayaan yang populer: Haruskah setiap peringatan diikuti oleh setiap siswa—tidak soal agamanya? Kebanyakan mungkin tidak mempunyai keberatan dengan perayaan-perayaan demikian. Akan tetapi, tidakkah sudut pandangan dari keluarga yang termasuk kelompok minoritas hendaknya juga dihormati? Dan ada faktor lain yang harus dipertimbangkan: Di negeri-negeri yang hukumnya memisahkan agama dari Negara dan pelajaran agama tidak boleh dimasukkan ke dalam kurikulum, tidakkah beberapa orang akan mendapatinya tidak konsisten jika sekolah mewajibkan perayaan-perayaan demikian?

Hari
Ulang Tahun

Salah pengertian bahkan dapat timbul sehubungan perayaan-perayaan yang tampaknya mempunyai sedikit, kalau pun ada, keterkaitan dengan agama. Halnya demikian berkenaan hari ulang tahun, yang dirayakan di banyak sekolah. Walaupun Saksi-Saksi Yehuwa menghargai hak orang lain untuk merayakan hari ulang tahun, Anda tentu mengetahui bahwa mereka memilih untuk tidak ikut dalam perayaan demikian. Tetapi mungkin Anda tidak mengetahui alasan-alasan mengapa mereka dan anak-anak mereka memutuskan untuk tidak berpartisipasi dalam perayaan ini.

Le
livre des religions (Buku Agama-Agama), sebuah ensiklopedia yang beredar luas di Prancis, menyebutkan kebiasaan ini sebagai suatu upacara dan mendaftarkannya di antara ”upacara-upacara duniawi”. Walaupun dewasa ini dianggap sebagai kebiasaan duniawi yang tidak berbahaya, perayaan hari ulang tahun sebenarnya berasal dari kekafiran.

The
Encyclopedia Americana (edisi tahun 1991) menyatakan, ”Dunia purba dari Mesir, Yunani, Romawi, dan Persia merayakan hari ulang tahun para dewa, raja, dan bangsawan.” Pengarang bernama Ralph dan Adelin Linton menyingkapkan alasan yang mendukung hal ini. Dalam buku mereka The Lore of Birthdays, mereka menulis, ”Mesopotamia dan Mesir, tempat lahirnya peradaban, adalah juga negeri-negeri pertama yang orang-orangnya mengingat dan menghormati hari ulang tahun mereka. Dipeliharanya catatan-catatan tanggal kelahiran penting di zaman purba terutama karena tanggal kelahiran sangat diperlukan untuk pembuatan sebuah horoskop.” Keterkaitan langsung dengan astrologi ini menjadi alasan untuk pertimbangan yang penting bagi siapa pun yang menjauhi astrologi mengingat apa yang Alkitab katakan tentangnya.—Yesaya 47:13-15.

Maka tidaklah mengherankan, kita membaca dalam The World Book Encyclopedia, ”Orang-orang Kristen masa awal tidak merayakan kelahiran-Nya [Kristus] karena mereka menganggap perayaan kelahiran seseorang sebagai kebiasaan kafir.”—Jilid 3, halaman 416.

Mengingat keterangan di atas, Saksi-Saksi Yehuwa memilih untuk tidak ikut dalam pesta-pesta hari ulang tahun. Sudah pasti, kelahiran seorang anak adalah peristiwa yang membahagiakan dan menakjubkan. Secara wajar, semua orang-tua merasa girang melihat anak-anak mereka bertumbuh dan berkembang seraya tahun-tahun berlalu. Saksi-Saksi Yehuwa juga merasakan sukacita besar dalam mempertunjukkan kasih mereka kepada keluarga dan teman-teman dengan memberi hadiah dan bersukaria bersama. Akan tetapi, mengingat asal usul perayaan hari ulang tahun, mereka lebih suka melakukannya pada waktu-waktu lain sepanjang tahun.—Lukas 15:22-25; Kisah 20:35.

Natal

Natal dirayakan di seluas dunia, bahkan di negeri-negeri yang bukan Kristen. Karena hari raya ini diterima oleh kebanyakan agama dari Susunan Kristen, mungkin tampaknya agak mengejutkan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa memilih untuk tidak merayakannya. Mengapa demikian?

Sebagaimana dinyatakan dengan jelas oleh banyak ensiklopedia, hari kelahiran Yesus ditetapkan dengan sesuka hati sehingga bersamaan waktu dengan sebuah festival kafir Romawi. Perhatikanlah pernyataan-pernyataan berikut yang diambil dari berbagai karya acuan:

”Tanggal kelahiran Kristus tidak diketahui. Injil tidak menunjukkan hari maupun bulannya.”—New Catholic Encyclopedia, Jilid II, halaman 656.

”Kebanyakan kebiasaan Natal yang kini umum di Eropa, atau yang dicatat sejak masa silam, bukanlah kebiasaan-kebiasaan asli Kristen, melainkan kebiasaan-kebiasaan kafir yang telah diterima atau ditoleransi oleh Gereja. . . . Saturnalia di Roma menyediakan model bagi kebanyakan kebiasaan bersukaria pada waktu Natal.”—Encyclopædia of Religion and Ethics (Edinburgh, 1910), diedit oleh James Hastings, Jilid III, halaman 608-9.

”Natal telah dirayakan pada tanggal 25 Desember di semua gereja Kristen sejak abad keempat. Pada waktu itu, ini adalah tanggal dari festival kafir yang merayakan titik balik matahari di musim dingin yang disebut ’Kelahiran (Latin, natale) Matahari’, karena matahari tampaknya lahir kembali seraya hari-hari kembali menjadi lebih panjang. Di Roma, Gereja mengadopsi kebiasaan yang sangat populer ini . . . dengan memberinya suatu arti baru.”—Encyclopædia Universalis, 1968, (Prancis) Jilid 19, halaman 1375.

”Perkembangan festival Natal dipengaruhi oleh perbandingan dengan perayaan kafir Sol Invictus (Matahari yang Tidak Terkalahkan atau Mitra). Di lain pihak, tanggal 25 Desember, sebagai hari titik balik matahari di musim dingin, ditandai dengan terang yang terbit ke dalam dunia melalui Kristus, dan simbolisme Sol Invictus kemudian dialihkan kepada Kristus.”—Brockhaus Enzyklopädie, (Jerman) Jilid 20, halaman 125.

Pada waktu mengetahui fakta-fakta tentang Natal, bagaimana reaksi beberapa orang? The Encyclopædia Britannica menyatakan, ”Pada tahun 1644, kaum puritan Inggris melarang pesta atau kebaktian agama apa pun dengan undang-undang dari Parlemen, dengan alasan bahwa hari itu [Natal] adalah festival kafir, dan memerintahkan agar hari itu diperingati sebagai hari puasa. Charles II menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan meriah tersebut, tetapi orang-orang Skotlandia berpaut pada pandangan kaum Puritan.” Orang-orang Kristen masa awal tidak merayakan Natal, demikian pula Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini tidak merayakannya ataupun berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Natal.

Akan tetapi, Alkitab memperbolehkan memberi hadiah atau mengundang keluarga dan teman-teman untuk suatu perjamuan makan yang menyenangkan pada kesempatan-kesempatan lain. Alkitab menganjurkan orang-tua untuk melatih anak-anak mereka agar bermurah hati dengan tulus, sebaliknya daripada memberi hadiah hanya jika secara sosial kita diharapkan untuk melakukannya. (Matius 6:2, 3) Anak-anak dari Saksi-Saksi Yehuwa diajar untuk bersikap toleran dan penuh hormat, dan hal ini termasuk mengakui hak orang lain untuk merayakan Natal. Maka, mereka menghargai jika keputusan mereka untuk tidak ikut dalam perayaan Natal dihormati.

Perayaan-Perayaan
Lain

Saksi-Saksi Yehuwa mengambil pendirian yang sama terhadap hari-hari raya lain yang bersifat keagamaan atau yang berbau keagamaan yang diadakan selama tahun pelajaran sekolah di berbagai negeri, seperti festival-festival bulan Juni di Brasil, Epiphany di Prancis, Carnival di Jerman, Setsubun di Jepang, dan Halloween di Amerika Serikat. Sehubungan hari-hari raya ini atau perayaan spesifik lainnya yang tidak disebutkan di sini, orang-tua Saksi atau anak-anak mereka pasti akan senang menjawab pertanyaan apa pun yang mungkin Anda miliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar