Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Anti-Tritunggal (disebut juga Nontrinitarianisme) merupakan sebuah kepercayaan kristen yang menyatakan penolakan atas doktrin Tritunggal, baik sebagian atau keseluruhan doktrin, karena dianggap tidak tercantum secara eksplisit di Alkitab.
Keberadaan Tritunggal tidak dianggap penting sama sekali oleh semua penganut anti-Tritunggal. Unitarian merupakan salah satu cabang dari anti-Tritunggal, yang menyatakan bahwa Tuhan hanya memiliki satu kepribadian. Penganut anti-Tritunggal modern berbeda pendapat mengenai Allah Bapa, Yesus, dan Roh Kudus.
Beberapa kepercayaan yang mendukung anti-Tritunggal telah ada sejak Yesus masih hidup, di antaranya adopsionisme dan Arianisme, yang bertahan hingga Tritunggal didefinisikan secara formal pada Konsili Nicea I pada tahun 325.[1] Anti-Tritunggal kemudian diperbaharui oleh Gnostikme dari Katharisme, yang muncul pada abad ke 11 hingga 13, di Abad Pencerahan (abad 18), dan pada Restorasionisme selama abad 19.
Bentuk Kepercayaan
Semua penganut anti-Tritunggal meyakini bahwa doktrin di awal masa kekristenan (lihat Masa Apostolik) bukanlah Tritunggal. Secara umum, anti-Tritunggal juga meyakini bahwa Kristen merupakan hasil dari campur tangan Konstantinus I, baik secara langsung atau tidak langsung, dengan kompensasi menetapkan Kristen Tritunggal sebagai agama resmi pada Kekaisaran Romawi. Karena pada masa dimana ditetapkannya doktrin Tritunggal itu status kristen melonjak secara dramatis (dari sebuah agama yang dilarang menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi), anti-Tritunggal sering mempertanyakan doktrin tersebut. Karena alasan yang sama pula, Doa Syahadat Nicea—yang salah satu isinya adalah doktrin Tritunggal—dianggap oleh anti-Tritunggal sebagai sebuah dokumen politik yang penting, yang merupakan hasil dari pengubahan doktrin asli menjadi doktrin yang menguntungkan kekaisaran oleh para pemimpin Gereja Katolik, sehingga gereja menjadi alat bagi Kekaisaran Romawi.
Meskipun penganut anti-Tritunggal pada masa Kekaisaran Romawi semakin bertambah, namun saat itu Tritunggal mendapatkan sokongan penuh dari Kekaisaran. Anti-Tritunggal berpendapat bahwa kepercayaan murni dari kekristenan telah ditekan secara sistematis oleh kekaisaran hingga mendekati kemusnahan, dan sebagai konsekuensinya, semua catatan sejarah telah diubah, termasuk mungkin di dalamnya Perjanjian Baru.
Penganut anti-Tritunggal secara garis besar bisa dibagi menjadi empat kelompok:
Kelompok yang meyakini bahwa Yesus bukanlah Tuhan, melainkan hanya utusan Tuhan, atau rasul (sebagaimana dijelaskan dalam Yoh 17:3), atau seorang manusia yang diciptakan sempurna. Yang menganut paham ini di antaranya adalah Ebionit, yang mengganggap Yesus hanyalah utusan Tuhan sebagaimana Musa (seperti yang telah diramalkan sebelumnya pada Ulangan 18:14-22).[2][3] Arianisme, yang populer di beberapa wilayah pada masa Kekaisaran Romawi, juga dimasukkan ke dalam kelompok ini. Arianisme mengajarkan bahwa, berbeda dengan Allah Bapa, Yesus tidak sama-sama kekal dengan Sang Bapa. Golongan lainnya yang termasuk dalam kelompok ini adalah Monarkianisme.
Kelompok yang meyakini bahwa Tuhan yang Esa yang muncul pada Perjanjian Lama menampakkan dirinya pada anakNya, Yesus. Kelompok ini berpendapat bahwa Allah Bapa dan Yesus bukanlah pribadi yang berbeda dari satu Tuhan, namun hanyalah salah satu aspek dari Allah Bapa. Yang menganut paham ini di antaranya adalah Sabelianisme atau juga disebut Modalisme. Contoh gereja yang ada hingga saat ini adalah Keesaan Pentakosta (Oneness Pentecostal) dan Gereja Baru (the New Church).
Kelompok yang berpendapat bahwa tiga pribadi pada Tritunggal adalah tiga individu yang berdiri sendiri dan terpisah, namun dapat beraksi bersama pada tujuan yang sama persis sebagai sebuah entitas monotheis. Tujuan itu adalah menyelamatkan umat manusia, dan Yesus dipercaya telah menerima perintah ketuhanan dari Allah Bapa sebelum penciptaannya. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagian besar dari denominasi Mormonisme (Latter Day Saint), termasuk denominasi terbesarnya, Gereja Mormon (The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints).[4]
Kelompok yang meyakini ketuhanan Allah Bapa dan Yesus, namun tidak menerima eksistensi Roh Kudus. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Gereja Tuhan (Church of God). Sebagai contoh, Living Church of God mengajarkan bahwa "Roh Kudus merupakan esensi utama, kehendak, dan kekuatan dari Tuhan. Dia bukanlah sebuah entiti. Dia adalah sifat yang melekat pada Allah Bapa dan Yesus, dan keluar dari keduanya ke seluruh penjuru semesta.[5] Kepercayaan seperti ini secara historis sering disebut sebagai Semi-Arianisme atau Dwitunggal (Binitarianisme).
Asal Mula
Menurut buku The Outline of History karangan H.G. Wells:
"Kita dapat menyaksikan belakangan ini banyak penganut Kristen yang terpecah belah tentang Tritunggal. Tidak ada sedikitpun bukti yang menyatakan bahwa para rasul pernah mendengar kata 'Tritunggal' langsung dari Yesus."[6]
Penganut anti-Tritunggal berpendapat bahwa kepercayaan mereka telah lebih dulu ada jauh sebelum Tritunggal menjadi doktrin. Debat di antara kedua kubu—yang sama-sama mengajukan dasar Alkitab—lebih banyak berpusat pada sifat ketuhanan Yesus. Anti-Tritunggal berpendapat, Yesus bahkan merendah dan menolak disebut sebagai Anak Tuhan,[7] dan dia menjelaskan kedudukannya dengan menyatakan bahwa dia akan pergi kepada "Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu."[8] Selain itu, Yesus juga menyatakan bahwa "hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa",[9] dan juga ketika mengutip Ulangan 6:4 pada Markus 12:29 dia berkata, "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa."
Sebagaimana halnya penganut anti-Tritunggal, para ahli Alkitab yang meneliti mengenai Yesus dilihat dari sudut pandang sejarah selalu menekankan bahwa ajaran Yesus tidak pernah menyatakan bahwa dirinya setara dengan Tuhan, dan tidak pula mengajarkan mengenai Tritunggal (sebagai contoh, Yesus Seminari (Jesus Seminar)).
Lafal dari Doa Syahadat Nicea menyatakan bahwa tiga oknum dalam Tritunggal adalah "setara"; ini adalah ekspresi yang digunakan dalam doktrin Tritunggal. Sebagai gambaran, mungkin dapat dibayangkan sebuah perusahaan yang dimiliki bersama oleh beberapa orang, namun masing-masing pemilik memiliki peran yang berbeda dalam menjalankan bisnis. Anti-Tritunggal menekankan pada satu pernyataan Yesus yang menyangkal "kesetaraan", yaitu ketika Yesus menyatakan secara eksplisit bahwa posisinya lebih rendah dari Allah Bapa: "sebab Bapa lebih besar dari pada Aku (Yoh 14:28)."
Sebagai informasi, Doa Syahadat Nicea dirumuskan kira-kira 300 tahun setelah Yesus wafat, sebagai akibat dari konflik yang terjadi pada masa awal kekristenan. Anti-Tritunggal juga menyatakan bahwa Alkitab telah mengingatkan umat Kristiani untuk berhati-hati terhadap ajaran sesat buatan manusia (contoh: Matius 15:9, Efesus 4:14).
Hal-hal yang Dipermasalahkan
Tidak Masuk Akal
Penganut Tritunggal sering menyatakan bahwa "doktrin Tritunggal adalah sebuah misteri yang tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia yang terbatas."[10][11][12] Kritik terhadap Tritunggal berargumen bahwa "misteri" pada dasarnya adalah salah satu bentuk dari ketidak-masuk-akalan. Yang dimaksud di sini adalah klaim dimana Tuhan telah berbagi satu substansi ketuhanan, yaitu "menjadi Tuhan", dan bahkan tidak ikut campur antara satu pribadi dengan yang lainnya. Anti-Tritunggal menyatakan bahwa kerumitan dari argumen penganut Tritunggal, yang memerlukan konsep filosofi untuk dijelaskan, bertentangan dengan prinsip Alkitab mengenai kesederhanaan dan kejelasan dalam doktrin.[13]
Menurut New Catholic Encyclopedia:
“Hanya sedikit di antara guru-guru teologi Tritunggal di seminari-seminari Katolik Roma yang pada suatu waktu tidak dipojokkan oleh pertanyaan, ‘Tetapi bagaimana kita akan berkhotbah tentang Tritunggal?’ Dan jika pertanyaan itu merupakan gejala kebingungan di pihak para siswa, kemungkinan hal itu juga merupakan gejala kebingungan yang serupa di pihak guru-guru mereka.”[14]
Kurangnya Dasar dari Alkitab
Anti-Tritunggal juga berpendapat bahwa, untuk doktrin yang sedemikian sentral dan fundamental dalam agama Kristen, doktrin Tritunggal sedikit sekali didukung oleh Alkitab secara eksplisit. Bahkan beberapa pendukung dari doktrin Tritunggal menyadari sedikitnya dasar dari Alkitab mengenai doktrin tersebut.[15] Sebagai contoh, The New Catholic Encyclopedia menyatakan bahwa "Doktrin Tritunggal tidak diajarkan secara eksplisit di Perjanjian Lama,"[15] dan juga "Perumusan mengenai 'Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi' tidak terbentuk secara kokoh,..hingga akhir abad ke 4."[16] Selain itu, Ensiklopedi Encarta menyatakan bahwa, "Doktrin ini tidak diajarkan secara eksplisit di Perjanjian Baru, dimana kata Tuhan hampir selalu merujuk kepada Allah Bapa."[17]
Encyclopedia Britannica juga menyatakan bahwa, "Kata 'Tritunggal' dan doktrin Tritunggal secara eksplisit tidak ada pada Perjanjian Baru. Yesus dan para pengikutnya juga tidak memiliki keinginan untuk membantah pernyataan di Perjanjian Lama: 'Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!' (Ulangan 6:4)."[18] Anchor Bible Dictionary menulis, "Pada Perjanjian Baru tidak ditemukan paradoks Tritunggal mengenai eksistensi tiga pribadi—Allah Bapa dan Yesus dan Roh Kudus—dalam satu Tuhan."[19]
Pertanyaan yang sama—yaitu mengapa doktrin sentral pada agama Kristen seperti Tritunggal tidak pernah dinyatakan atau diajarkan secara eksplisit oleh Yesus sendiri—juga ditanyakan oleh sosok bersejarah pada abad 16 seperti Michael Servetus. Dalam buku-bukunya, Servetus menyatakan bahwa dia menolak doktrin Tritunggal, karena tidak berdasar kepada Alkitab, melainkan lebih berdasar kepada ajaran filsuf Yunani.[20] Dewan Kota Jenewa, selaras dengan putusan dewan-dewan kota Zürich, Bern, Basel, dan Schaffhausen, menetapkan dia sebagai sesat dan memutuskan untuk membakarnya di tiang hukuman.
Sifat Ketuhanan Yesus
Sebagian kelompok yang memperdebatkan doktrin Tritunggal dengan menggunakan dasar Alkitab lebih terpusat kepada sifat ketuhanan Yesus. Mereka yang menolak ketuhanan Yesus berpendapat bahwa, bahkan dalam kapasitasnya sebagai guru, Yesus sendiri pun menolak disebut "yang baik" untuk membedakan dirinya dengan Tuhan, karena menurut Yesus sebutan "yang baik" hanyalah untuk Allah (Markus 10:17-18; Matius 19:16-17; Lukas 18:18-19).[21] Selain itu, Yesus juga menyangkal sifat Maha Tahu sebagai Allah Anak, "belajar menjadi taat" (Ibrani 5:8), dan juga menyatakan posisinya yang tidak setara dengan Allah, "kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu" (Yoh 20:17), "Bapak lebih besar daripada Aku" (Yoh 14:28).
Argumen Elohim
Anti-Tritunggal menyanggah pernyataan bahwa kata "Elohim" menandakan kemajemukan, karena hampir di semua bagian dari Alkitab "Elohim" selalu disandingkan dengan kata kerja tunggal. Anti-Tritunggal berargumen bahwa penggunaan kata "Elohim" lebih ditujukkan sebagai penghormatan kepada "Tuhan Yang Esa."[22] Lebih lanjut lagi, anti-Tritunggal juga beranggapan bahwa interpretasi kata "Elohim" sebagai kata majemuk akan mengacaukan interpretasi bagian lain dari Alkitab yang menyatakan Tuhan dengan kosakata non-majemuk "El." Sebagai contoh, pada Kejadian 17:1 Tuhan disebut dengan "El" (tunggal) dan Dia menyatakan bahwa "Akulah Allah Yang Mahakuasa"; jika menggunakan interpretasi Tritunggal, maka salah Satu Pribadi dari Yang Tiga telah merendahkan Dua Pribadi yang lainnya dengan menyatakan bahwa Dialah Yang Mahakuasa (paling berkuasa atas segala sesuatu).[23]
Yesus menyatakan keterbatasannya dibanding Tuhan
Pernyataan Yesus bahwa "Bapa lebih besar dari diri-Nya" (Yoh 14:28), dan "Yang mengetahui hari akhir hanyalah Bapa, bahkan malaikat-malaikat di surga dan Anak pun tidak tahu" (Markus 13:32) sering ditekankan oleh anti-Tritunggal. Selain itu, sifat ketuhanan yang "tanpa awal dan akhir" dari Yesus juga dipertanyakan pada Kolose 1:15 (anak yang lahir pertama) dan Wahyu 3:14 (permulaan dari ciptaan Allah). Ahli teologi Kristen juga menyatakan bahwa ayat-ayat Markus 10:18, Lukas 18:19, Matius 19:17, Markus 15:34, Matius 27:46, Yohanes 20:17, Efesus 1:17, 2 Korintus 1:3, 1 Petrus 1:3, Yohanes 17: 3, 1 Korintus 8:6, Efesus 4:4-6, 1 Korintus 12:4-6, 2 Korintus 13:14, 1 Timotius 2:5, Yohanes 14:28, Markus 13:32, Filipi 2:5-10, 1 Korintus 15:24-28 adalah "teks yang terlihat seperti menyiratkan bahwa kata Tuhan di situ bukan ditujukkan untuk Yesus" dan "bukti negatif yang sering diabaikan Katolik dalam menjelaskan Tritunggal."[24]
Yesus menurut Iglesia ni Cristo
Iglesia ni Cristo, sebuah sekte Kristen yang bermula dari Filipina, menyatakan bahwa "Yesus adalah Tuhan" adalah ajaran buatan manusia, sebuah dogma yang tidak berdasar pada Alkitab, melainkan dibuat oleh Gereja Katolik pada abad ke 4 melalu Konsili Nicea. Mereka juga berpendapat bahwa Yesus sendiri mengakui bahwa dirinya tidak dapat berbuat apa-apa kecuali melalui Tuhan.[25]
Yesus adalah manusia dan juga sekaligus Tuhan
Penganut Tritunggal, dan beberapa anti-Tritunggal yang mengakui sifat ketuhanan Yesus seperti Modalisme, berargumen bahwa kepercayaan mereka didasarkan pada kenyataan bahwa Yesus ada sebagai Anak Bapa dalam daging manusia. Oleh karena itu, Yesus adalah manusia dan juga sekaligus Tuhan, yang menjadi "lebih rendah dari malaikat, demi keselamatan kita" (Ibrani 2:6-8, Mazmur 8:4-6) dan yang mendapat cobaan sebagaimana manusia, namun tidak berdosa (Ibrani 4:14-16). Akan tetapi, sebagian dari anti-Tritunggal menyanggah argumen tersebut dengan berpendapat bahwa daging manusia dari Anak adalah terbatas hanya selama kehidupan duniawi, meski pendukung Tritunggal berpendapat bahwa Yesus tetap pada sifat manusiawinya setelah kebangkitannya. Selain itu, pada 1 Korintus 11:3 ("Kepala dari Kristus ialah Allah") disebutkan posisi Yesus yang tidak setara, melainkan di bahwa Allah Bapa. Ditambah lagi, mereka mengutip Kisah 5:31 dan Filipi 2:9 yang menunjukkan bahwa Yesus menjadi agung setelah kenaikan ke surga, dan Ibrani 9:24, Kisah 7:55, 1 Korintus 15:24, 28, yang mengungkapkan tentang Yesus sebagai pribadi yang berbeda setelah kenaikanNya ke surga.[26]
Terminologi
Tidak ditemukan pada Alkitab
Kristen Unitarian, Restorasionis, dan beberapa golongan lainnya meragukan doktrin Tritunggal karena bersandar pada kosakata yang tidak terdapat dalam Alkitab. Kata "Tritunggal" tidak ditemukan di bagian Alkitab manapun.[27] Selain itu, angka tiga yang ditemukan dalam Alkitab juga sama sekali tidak pernah berkaitan dengan Tuhan[28], kecuali pada bagian Alkitab yang telah dihapus sejak akhir abad 19 karena dipertanyakan keasliannya, Comma Johanneum (1 Yoh 5:7-8).[29] Anti-Tritunggal juga berargumen bahwa satu-satunya angka yang berkaitan dengan Tuhan dalam Alkitab hanyalah angka Satu, sehingga Tritunggal yang menjelaskan Tiga oknum Tuhan bukanlah berdasar pada Alkitab.
Beberapa contoh istilah lainnya yang tidak ditemukan di dalam Alkitab adalah beberapa "Pribadi" dalam kaitannya dengan Tuhan, istilah "Anak Allah" dan "Allah Roh Kudus", dan "Anak Allah yang Tunggal". Sebagai contoh, dasar dari ajaran Tritunggal adalah bahwa Tuhan terdiri dari tiga pribadi (hipostasis). Istilah hipostasis yang merujuk kepada Allah ini hanya digunakan satu kali dalam Alkitab (Ibrani 1:3), yang menyatakan bahwa Yesus adalah merupakan gambaran instan dari Pribadi Tuhan Yang Maha Esa. Alkitab tidak pernah menggunakan istilah ini untuk hal yang berkaitan dengan Roh Kudus dan tidak pernah secara eksplisit menyebutkan bahwa Anak merupakan hipostasis yang berbeda dari Bapa.[30]
Hasil pemikiran Konstantin
Tentang istilah penting dalam Tritunggal, homoousios (esensi yang sama antara Anak dan Bapa), yang diperkenalkan ke dalam Kredo pada Konsili Nicea Pertama, Pier Franco Beatrice menyatakan: "homoousios merupakan hasil pemikiran langsung dari Konstantin yang berlatar belakang Hermetisisme. Plato yang dijadikan dasar oleh Konstantin hanyalah untuk menampung aspirasi rakyat Mesir. Selain itu, Teologi Hermetik konsubstantialitas, yang berbicara mengenai hubungan antara Logos-Anak dengan Nous-Bapa, hanyalah berputar balik kepada argumen tradisional apologetik. Konstantin telah mencoba menjelaskan teologi Plato dengan dasar Hermetismenya, yang menjadi alasan bagi sang kaisar untuk memasukan istilah homoousios pada Doa Syahadat Nicea."[31]
Penganut Tritunggal mempertahankan hasil pemikiran Konstantin tersebut, karena beranggapan bahwa pemikiran tersebut berdasar pada Alkitab. Selain itu, pemikiran tersebut merupakan tambahan yang diperlukan pada Era Nicene untuk melawan doktrin Arianisme.
Ayat-ayat Alkitab yang Dianggap Bertentangan dengan Tritunggal
Di antara ayat-ayat Alkitab yang dikutip para penentang Tritunggal adalah ayat-ayat yang menyatakan bahwa hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah Bapa. Ayat-ayat lainnya menyatakan bahwa Yesus adalah seorang manusia biasa. Meskipun para penganut Tritunggal berpendapat bahwa kontradiksi-kontradiksi tersebut adalah bukti dari misteri dan paradoks dari Tritunggal itu sendiri, anti-Tritunggal berargumen bahwa sedikit sekali—jika bukan sama sekali tidak ada—ayat-ayat Alkitab yang mendukung Tritunggal. Berikut adalah sebagian dari daftar yang dianggap bertentangan dengan konsep Tritunggal.
Hanya Ada Satu Tuhan
Matius 4:10 : "Maka berkatalah Yesus kepadanya: 'Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!.'"
Yohanes 17:3 : "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus."
1 Korintus 8:5-6 : "Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi—dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian.
Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup."
1 Timotius 2:5 : "Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,"
Yakobus 2:19: "Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar."
Anak dan Bapa Tidak Setara
Markus 13:32 : "Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja."
Yohanes 14:28 : "Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku."
Yohanes 17:20-23 : "Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku."
Yohanes 20:17 : "Kata Yesus kepadanya: 'Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.'"
Kisah Para Rasul 7:55-56 : "Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: 'Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.'"
Kolose 1:15 : "Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,"
1 Korintus 15:24-28 : "Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa "segala sesuatu telah ditaklukkan", maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya. Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.
http://id.wikipedia.org/wiki/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar